00. Aku

Aku yang bersalah, kamu yang mengalah
Aku yang mengalah karena kamu merasa tak bersalah?
Atau, kita sama-sama tak mau mengalah saja?
Kalau begitu, lantas sampai kapan kata maaf terucap?
Sampai salah satu diantara kita pergi dan kita menangisi penyesalan kita diatas nisan?
Baiklah,
Aku yang meminta maaf, kamu yang memaafkan
Aku yang mengakui kesalahan dan berjanji untuk tidak mengulangi dan kamu, berjanji untuk menghapus setiap luka yang pernah kuberi
Dan kusadari,
Menghapus luka tak semudah mengatakan "iya, santai",  "udah lupain"
Dan kumaklumi jika kamu masih tetap mengingat kejadian dimasa itu,
Ketika aku menyakitimu dengan kata-kataku
Setidaknya, kata maaf dariku adalah celah penyesalan dariku untukmu
Aku memang tak pandai merangkai kata dihadapanmu,
Sampai akhirnya aku menuliskan kata maafku perantara pesan singkat yang ku kirim untukmu
Maaf, untuk kesekian kalinya.
Maaf saat aku tak berkutip dihadapanmu
Aku malu,
Atas segala tindakan konyolku kala itu
Sebagai teman, pasti aku pernah membuatmu jengkel atas tindakanku,
Aku pernah tidak mendengarkan ketika kamu berbicara serius
Aku pernah membicarakanmu dibelakangmu sekalipun aku tak bermaksud begitu,
Dan maaf untuk kesekian kali aku mencoba menjadi teman yang lebih baik lagi,
Sekalipun aku selalu gagal,
Kuharap kamu tak bosan untuk terus mendidikku layaknya seorang adik bagimu
Maaf, untuk kalian yang pernah hadir pada sejarah hidupku
Aku berterima kasih atas kesediaanmu sudi menjadi temanku
Maaf, aku terlalu egois bahkan untuk kebaikanku sendiri yang kamu saja memikirkannya
Maaf, saat aku bertingkah konyol dan menjadikan malumu
Maaf, aku bukan pendengaf yang baik atas keluh kesahmu,
Dan tak bisa memberimu nasihat atas segala keterpurukanmu kala itu
Maaf, aku belum bisa mengingatkanmu jika kamu melakukan kesalahan karena kurang fahamnya aku tentang agama,
Maaf, untuk semua kesalahanku yang kuperbuat
Sedang kamu memberiku kebaikan
Maaf, atas diamku selama ini
Maaf, atas gengsiku yang terlalu kufikirkan sampai kata maaf baru terucapkan
.....
Untukmu, semoga kebaikan terlimpah padamu,
Pada hidup dan wafatmu
Karena aku tahu kita disini sementara dan akan berpulang pada saatnya
Jika aku berpulang lebih dahulu,
Maka mohonkan ampun untukku
Dan jika kamu berpulang lebih dahulu,
Aku akan berdoa pula untukmu dan akan mengingat kebaikanmu
Ijinkan aku mengubah diriku lebih baik,
Dengan kata maafmu






Baiklah. Ini belum pantas disebut puisi. Lebih kearah rangkaian diksi-diksi
Salam hangat,

Biarkan ku bercerita,



"Untuk bisa menjadi salah seorang yang diingat, lo gak harus melulu bersikap baik dan penuh jasa di hidup orang lain, tapi boleh jadi lo adalah orang yang menyenangkan, mengecewakan, mengikhlaskan dan merelakan di waktu yang bersamaan."


Just information! It's my playground to share everything in my life. Kalau emang gak suka, jangan hanya coba-coba membaca, lebih baik silahkan cari tulisan yang lebih kalian sukai dari awal. Karena terlanjur membaca, tanpa pakai hati ibarat udah terlanjur terima ijab qabul tapi pas waktunya ga siap memberikan hak suami.

Plis ya pengibaratan gue emang ga nyambung :v



Pokoknya kalau ga mau baca gausah dibaca, cari tulisan lain yang menurut kalian lebih mendedikasi.

Kasihan gue udah nulis pake hati, tapi kalian bacanya hanya coba-coba karena penasaran.

Baiklah, please welcome to my blogger.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Glad to open this blog again after maybe more than 1 years.

Ada yang tanya kapan nulis blog lagi? Sebenernya si udah nulis tapi masih jadi draft di wps office. Sampai akhirnya tulisan yang pernah gue save di dokumen tenggelam  karena ga gue pakain pelampung.

Ehe apaan si gue


Betewe, dulu sempet bilang gue mau publish tulisan lagi di akhir tahun 2018 tapi nyatanya engga ada hehe. Awalnya mau publish ini tepat di akhir tahun banget tapi malah gue ketiduran dan sampai akhirnya udah males buat lanjut nulis. But, gue tetep mempublish tulisan ini kan walaupun di bulan kedua tahun 2019, tapi gapapa malah nambah topik yang gue bahas di tulisan kali ini juga si hehe.
Baiklah, disini gue bakal ceritain kisah gue. Secara keseluruhan? Hm haha engga, sebagian aja si. Intinya gue bakal cerita apa yang bisa gue bagi ke kalian because, gue juga punya privasi yang sangat privasi banget yang ga perlu gue bagi ke orang juga.

 Dan bisa jadi ini adalah tulisan terakhir yang gue publish di blog karena gue ngerasa udah cukup sampai disini gue cerita tentang sebagian dari perjalanan hidup gue yang gue share di blog pribadi ini. Walaupun gue nganggepnya blogger adalah akun pribadi, tapi fakta mengungkapkan sebaliknya. Tulisan gue udah dibaca lebih dari 1800 sekian.
Dan harapan gue buat menjadikan ini sebagai konsumsi pribadi sirna gitu aja. Padahal dulu pengennya saat gue ingin menengok masa lalu gue cukup membaca tulisan yang pernah gue publish di blog, but? Realita mengatakan bahwa sejauh ini gue belum lagi membaca ulang sesuatu yang pernah gue tulis dengan alesan gue ga mau  menertawakan tulisan yang pernah gue tulis karena masih ada bahasa alay dan penulisan yang amit-amit :v tapi, disisi lain gue juga seneng kalau akhirnya bisa berbagi cerita lewat media. dan bahkan gue bersyukur kalau ada yang terinspirasi dari cerita gue.

Tapi kayaknya engga ada kan? Ehe

Dan intinya tahun ini gue pengen jadi cewe normal yang bisa cerita tentang apa aja waktu gue sholat, gue pengen ngadu semua yang gue lalui sama Allah aja biar ga ada yang menjudge gue ini itu. Dan gue pengen bisa berbagi kisah ke orang terdekat, bukan lewat tulisan lagi. Jujur, gue capek dengan diri gue sendiri. Gue capek dengan sikap gue yang terkesan tertutup yang gak mau berbagi cerita atau berbagi kisah ke orang-orang terdekat padahal bisa dibilang gue itu termasuk orang yang ekspresif dalam berbagai hal. But, ga tau kenapa gue bisa setertutup gitu anaknya. Gue capek memendam segala kisah hidup gue. Gue capek berpura-pura baik-baik aja selama ini. Tanpa gue peduli dengan diri sendiri, sikap gue selama ini adalah bumerang bagi hidup gue sendiri.

 Dan semoga keputusan gue di akhir tahun 2018 waktu itu bisa membuat perubahan di diri gue lebih baik lagi dan membawa pengaruh positif di hidup gue untuk mengawali perjalanan hidup di tahun 2019. Aamiin semoga Allah meridhoi.

" Karena pada dasarnya gue lebih suka jadi pendengar ketimbang jadi pencerita " itu adalah senjata pamungkas yang selama ini menyiksa banget. Tapi sering gue tulis saat mereka tanya keadaan gue, And then thanks a lot buat kalian girls -optional squad- karena kalian ga pernah menuntut gue untuk berbagi kisah. Dan terima kasih kalian udah begitu percayanya sama gue sampai kalian mau berbagi kisah hidup kalian yang bahkan sifatnya pribadi. Walaupun ga semua hal pribadi kalian ceritain ke gue, bahkan gue merasa setelah kita mencar gue jarang denger cerita hidup kalian, hehe gue kangen si dijadiin "si pendengar" lagi.
Tapi gue harap kalian ga berfikiran yang gimana-gimana karena sejauh ini gue jarang bahkan ga pernah cerita lebih dalam ke kalian bertiga atau salah satu dari kalian.  Itu kenapa, bukan berarti gue ga percaya atau gimana-gimana engga kok, gue cuma bingung aja mau ceritain kisah gue dari mana dan harus gimana hehe.

Di penghujung akhir tahun 2018 waktu itu gue pengen blak-blakan disini. But, jadinya gue blak-blakannya di bulan kedua tahun 2019 ya hehehe.  Gue harap ini juga bukan termasuk membuka aib atau apapun. But ini semacam pure gue pengen cerita, gue pengen ngeluarin apa yang menjadi beban gue selama ini. Dan gue ga butuh tanggapan kalian atau komentar kalian setelah baca ini semua, cukup kalian tahu dan gue ga menyuruh kalian ikut mengasihani gue atau apapun itu. Murni gue pengen cerita dan kalian yang baca ya cukup kalian di posisi sebagai pembaca.

But, i feel confused how i must start my story in here.

Ha ha ha anjir kebiasaan :v



Serius. Gue bingung harus memulainya kayak gimana.


Baiklah, disini gue Nissi sebelumnya gue mau ucapin terimakasih atas segala hal apapun yang terjadi dan pernah menjadi bagian dari perjalanan hidup gue, sehingga semua hal yang gue lalui saat itu dan saat ini mampu menjadikan gue manusia yang mau berfikiran positif. Ya gue mau bilang aja si, namanya manusia pasti juga punya pikiran negativ yang mampu merusak dirinya dalam perjalanan hidup yang dia lalui bukan? Hal itupun juga ga terlepas di diri gue. Intinya, Terimakasih Alhamdulillah Allah masih mengijinkan gue bernafas sampai detik ini.

Kalau ditanya, apa hal terindah yang pernah lo lalui yang gak bakal lo lupain?

Sebenernya, semua yang pernah kita alami otomatis akan terekam oleh otak kita. Sampai gue yakin, ga ada manusia di dunia ini yang melupakan secuil peristiwa yang pernah ia lalui di masa hidupnya. Ya walaupun gak ingat sepenuhnya, tapi seenggaknya lo inget kalo suatu hal itu udah pernah terjadi di hidup lo kan? Walau lo gak bisa mengingatnya secara rinci. Bahkan ga bisa menceritakan ulang tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Sama kayak gue. Gue kira semua hal yang pernah gue lalui adalah hal terindah yang gak bakal pernah ilang dari otak gue.

Meskipun itu menyakitkan? Meskipun itu mengecewakan? Iya.

Karena semua itu gak bakal berakhir mengecewakan atau menyakitkan seandainya dari awal gue gak menaruh harapan yang besar terhadap orang. Dan sebenarnya yang ngebuat lo ngerasa kecewa, sakit, sedih itu ya hasil dari ekspektasi lo yang gak bisa sesuai harapan.

Kalau ditanya, apakah gue juga salah satu manusia yang terlalu sering menggantungkan harapan  ke manusia lain? Iya. Gue juga begitu. Makanya gue mulai mau mengubah sesuatu yang salah dalam diri gue.

Exspecially, tahun 2018 waktu itu merupakan tahun yang nano-nano-nano banget menurut gue. Kenapa engga? Tahun itu, tepatnya 23 Maret yang lalu gue di tuntut untuk menjadi dewasa dengan pencapaian usia di angka 18. Di tahun itu,  gue harus melepaskan semua sifat kekanak-kanakan yang menempel di diri gue. Gue harus bisa lepas sifat egois gue. Gue harus bisa ngontrol emosi lebih dewasa lagi. Gue harus bisa mengolah pemikiran-pemikiran negativ menjadi lebih positif, intinya gue harus lebih banyak berkhusnudzon ketimbang suudzon. Dan gue harus mengubah pola fikir gue tentang kehidupan.

Kalau ditanya apa hal yang membuat lo menyesal ?

Gue menyia-nyiakan waktu yang dikasih Allah untuk gue tumbuh dewasa dengan akhlak yang baik. Gue menyia-nyiakan kesempatan baik selama ini.

This is my story.....

Gue pernah bilang bukan, masa terindah yang pernah gue lalui adalah saat masa kanak-kanak di sekitar tahun 2005 sampai 2010 an bisa dibilang sejak gue masih duduk di bangku TK sampai kelas 5 SD. Di tahun itu gue bahagai karena Allah kasih gue temen-temen yang baik. Masa kanak-kanak gue emang ga seberuntung anak-anak lainnya. Disaat anak-anak cewek lainnya suka membeli boneka, gu enggak. Bukan karena ga suka, tapi emang ga dibeliin. Disaat anak-anak cewe main masak-masakan dengan peralatan masak-masakan yang mereka beli di toko, gue engga. Dari kecil gue emang suka main. Tapi bukan bermain dengan peralatan main anak-anak lainnya.  Gue dulu mainnya memanfaatkan barang bekas ataupun bahan alam yang tersedia. Misal gue pengen main masak-masakan, ya gue pakai alat-alat rumah yang udah ga kepakai semisal sendok maupun piring plastik yang udah rusak. Dua alat itu aja udah bikin gue menghayal membuat cake ulang tahun dari tanah item yang gue aduk pakai air keran. Kalaupun udah bosen dengan perlengkapan masak ala-ala gue waktu itu, gue pergi ke rumah salah satu temen gue. Dia punya banyak banget perlengkapan masak-masakan, boneka dan perkakas mainan anak-anak. Jadi gue betah kalo main ke rumah dia.

Kalau boleh cerita, dulu SD itu adalah masa kejayaan seorang Nisi. Eheh jadi gini,

Bukannya berlagak sombong atau gimana, masa SD gue itu pernah bahagia. Dulu sewaktu SD sering diajak lomba berbagai macam event. Dari yang pernah menang sampai gagal juga udah. Dari yang akrab banget sama kakak kelas sampai kena labrak kakak kelas udah pernah gue lalui juga. Dari yang memimpin upacara sampai pengibar bendera juga pernah.

Bukan sombong, masa SD bisa dibilang gue berjaya. Gue masih dianggap murid baik yang bisa diandalkan.

Bukan sombong, cuma mau bilang. Dulu sewaktu SD gue juga disayang sama beberapa guru. Gausah gue absen kali ya siapa aja gurunya.

Dulu gue juga pernah ranking kelas. Tapi sayang, cuma waktu SD. Itu juga pas kelas berapa lupa hehe. Intinya ga sampe kelas 6 gue dapet ranking.

Dan sial. Gue ga bisa mempertahankan prestasi gue sampai ke tingkat sekolah lanjutan. Malah gue makin goblok kalau dipikir-pikir :v


Terus salah siapa hah?



Dan seiring berjalannya waktu gue tumbuh,

dan gue baru sadar kalau saat gue tumbuh jadi anak usia 10 tahunan gue ga memanfaatkan umur yang dikasih Allah saat itu. Padahal gue di kasih kepercayaan Allah temen-temen yang baik tapi gue menyia-nyiakan itu semua.

Dan semua ada masanya.


Sungguh, Allah maha membolak-balikan hati hamba-Nya.

Kalau ditanya,

Hal apa yang paling membuat perjalanan hidupmu berkesan?
"Masa pembullyan di akhir Sekolah Dasar."

Benci gak  menghadapi situasi saat itu?
"Oh pasti."

Kecewa gak sama temen-temen lo masa Sekolah Dasar dulu?
"Iya"

Marah gak sama orang-orang yang udah membuat lo nangis di pelataran SMP saat daftar masuk sekolah menengah pertama saat itu?
"Marah"

Marah gak sama mulut mereka yang dengan tega mencaci lo setelah beberapa tahun lamanya mereka menggunakan mulut mereka untuk berucap janji bakal jadi temen terbaik lo?
"Sangat marah dan ga bakal lupa"

Kecewa gak sama sikap dia yang dengan tega membujuk orang-orang untuk melakukan hal  sama yang dia lakuin ke lo?
"Bahkan saat itu  gue  bilang gini, kenapa harus mempengaruhi orang lain untuk ga suka juga sama gue sih? Kalau mau mencaci gue ga usah nyari pasukan kali,"

.

Bahkan demi apapun, gue sempet ga punya niatan memaafkan.

Anjing emang.

Dan gue coba mikir lagi,

Kenapa gue ga mau maafin mereka? Kalau emang mereka punya alesan untuk melakukan itu ke gue?

Dan satu pertanyaan yang selalu membuat pertahanan gue goyah adalah saat dimana gue bertanya ke Tuhan, kenapa Allah ambil semua temen-temen baik gue saat gue masih di usia kanak-kanak ? 

Gue kira masa terburuk kanak-kanak gue saat itu adalah ketika Allah mengambil anak laki-laki yang paling baik diantara kami untuk di tempatkan di Syurga-Nya.

Ketika Allah mengubah semua keadaan setelah kepergian dia.


Ternyata? Ga sampai disitu.

Karena, di akhir cerita gue mengalami bullying.


Sakit.

Ga rela.

Marah.

Tapi terima kasih untuk pengajaran hidupnya. Kalian baik.



....


Oke singkat cerita itu tadi sepenggal kisah gue di masa SD yang berkesan dan menyisakan story yang sepertinya udah cukup untuk gue bahas terakhir kalinya di tulisan ini, dan kedepannya gue udah ga mau bahas apapun tentang hal ini lagi.

Saat gue SMP keadaan baik-baik dan sangat baik-baik aja. Semua guru baik sama gue. Bahkan yang bikin seneng karena ada salah seorang guru yang sampai sekarang masih inget gue siapa dan bagaimana dulu gue di kelas. Ehe jadi malu saya pak.

Kenangan di SMP ga terlalu buruk dan ga terlalu manis. Semua berjalan begitu datar. Ga ada tikungan yang tajam atau tanjakan bahkan turunan yang mengecoh. Semua serba flat.

Dan gue gak terlalu suka.

Tapi gue suka. Saat gue dapet temen baru di kelas VII. Dia beda karena dia beragama minoritas. Dia juga masi keturunan bali.

But, dia spesial. Dia juga yang membuat gue tegar dan ngajarin gue hidup mandiri.

Thanks Mel, udah pernah singgah di kisah hidup gue walau sebentar banget. Tanpa lo mampir di hidup gue, mungkin gue bakal ngerasa sendiri di satu tahun kelas VII. Makasi karena udah mau nemenin gue dirumah seharian. Mau nemenin gue masak dan buat eksperimen makanan. Makasi udah sering ngingetin sholat walaupun kita beda. Makasi udah mau bujuk gue saat gue marah. Makasi untuk satu tahun udah mau jadi temen yang sangat amat baik. Dan terima kasih sangat karena ulah lo gue pernah jadi Fans Jeketi :v maaf untuk segala kesalahan yang gue perbuat ke lo.
Singkat cerita, kisah gue sama Mella cukup 1 tahun. Karena setelahnya, dia harus balik ke orangtuanya di Semarang. But, saat ini kita masih ada kabar lewat pesan Whatsapp dan itupun butuh perjuangan.

Next, cerita SMP gue.

3 tahun gue berada di kelas A. Bisa dibilang kelas unggulan, tapi gue merasa engga unggul karena gue hanya mampu bersaing di 10 besar waktu itu.

Dan gak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berarti. Dan juga, gue bukan siapa-siapa di sekolah. Hanya murid biasa.

Iya, hanya murid biasa yang tertutup dengan dunia luar.

Semasa SMP gue kurang update tentang siswa siswi seangkatan gue. Bahkan dulu gue cuma kenal sama anak kelas dan beberapa siswa yang masih satu kampung dan pernah se-sd. Selainnya? Ga tahu sama sekali.

Yakin. Serius, gue ga terlalu perduli sama anak kelas lain waktu itu.

Dan pada dasarnya gue emang masa bodo si sama lingkungan hehe.

Dan di awal kelas IX  gue dapet ujian. Lebih tepatnya keluarga dapet ujian dari Allah. Tepat di 10 hari sebelum 1 Syawal salah satu anggota inti keluarga kecelakan. Tabrak lari. Si bangsat ga bertanggung jawab. Satu keluarga klimpungan dengan hasil rongsen yang menyatakan kakinya patah dan harus dioperasi dan harus menjalani pemulihan sampai setahun.

Gue gak pernah bayangin orang yang sering berantem sama gue pada masanya dulu bakal berjalan dengan menggunakan tongkat selama hampir 6 bulan.

Alhamdulillah setahun berlalu semua kembali baik.

Allah mempermudah ujian keluarga gue.

Anak kelas IX smp waktu itu bisa apa si lihat keluarganya dapet ujian seberat itu. Iya. Gue hanya bisa nangis waktu itu.

Singkat cerita, itu tadi segelintir kisah hidup gue selama 15 tahun gue menjalani hidup.

Dan kisah hidup gue yang sebenarnya dimulai saat gue berumur 16 tahun.


Exspecially anak kelas 1 sma itu kayak gimana si?

Menyesuaikan lingkungan.


Perlahan berkeinginan untuk siap menjadi dewasa.

Alay.


Masi bocah banget.


Sensitiv.


Sukanya yang seneng-seneng.


Suka-sukaan sama senior OSIS yang pernah ketemu di jaman Masa Orientasi?

.
.
.
.


Diawal kelas X gue mencoba belajar dari masalalu, gue bertekad untuk bisa mengubah hidup gue sedikit demi sedikit.

Belajar dari masalalu, gue jadi lebih waspada ketika memilih temen.

Awal beradaptasi di lingkungan baru, gue berusaha melupakan kejadian-kejadian yang membuat gue ga bisa berkembang baik.

Alhamdulillah, semua diberikan kelancaran sama Allah.


Di kelas 1 SMA , alhamdulillah Doa'-do'a gue dikabulkan Allah. Ga perlu gue tulis doa apa waktu itu yang gue panjatkan.

Awal masa SMA gue berjalan diluar ekspektasi gue.

Gue dipertemukan dengan temen-temen baik di kelas X Mipa 4. Anak-anaknya asik diajak becanda.

Di kelas X itu juga gue berani memunculkan karakter asli gue. Gue jadi lebih percaya diri untuk mengekspresikan diri lewat tulisan.

Berawal dari kenyamanan gue berteman dengan anak X Mipa 4 waktu itu, gue berani mengayal dan menciptakan tokoh-tokoh non fiksi di dalam cerita yang gue karang. Gue juga lebih berani berekspresi.

Di awal kelas X juga, akhirnya keinginan gue buat punya akun blog terwujud.

Diawal kelas X entah gimana bisa terjadi, gue makin di perhatiin orang tua.

Diawal kelas X juga, gue makin akrab sama orang-orang yang namanya 'dulu' sempat gue coret dari list temen akrab . You know lah, iya karena trauma masa lalu :v but, Allah udah ngatur jalannya. Di saat gue pengen negativ ke 'mereka' Allah malah mendekatkan gue dengan mereka. Yaudaa kita akrab. Berusaha gue netral supaya gue ga kebayang masa lalu

Dan di awal kelas X juga semua harapan gue perlahan menemukan titik terang. 

Seberkas luka pada masa lalu perlahan menguap.

Luka yang pernah menggores perlahan tertutup oleh plaster sedikit demi sedikit.

Disaat gue takut jikalau masa lalu yang gue benci bakal terulang, Allah memberikan fakta yang mengejutkan.

Subhanallah, Allah masi sayang sama gue.

Tapi kenapa gue masih kayak gini sih? Astagfirullah.

Singkat cerita itu tadi kisah gue diumur 16 tahun di masa kelas X SMA yang berjalan dengan sangat baik dan luar biasa dan penuh kejutan.

Terima kasih tahun 2016 yang begitu baik. Tahun kenangan dimana gue berhasil melakukan segala apapun berdasarkan kata hati gue. Tahun awal dimana gue berani muncul dengan karakter dan jati diri gue yang sesungguhnya.
.
.
.
Next, 2017 kelas XI

Di umur gue yang hampir menginjak  17 tahun, kira-kira di bulan November atau ga di Desember tanggal 10 gue merasa bahagia karena di umur gue yang segitu untuk pertama kalinya gue punya nyali untuk mempublikasikan cerita non fiksi bergenre teen fiction di wattpad. Dan lebih membahagiakannya lagi, tulisan gue diterima khalangan pengguna wattpad. Sambutannya cukup antusias. Cerita gue dibaca lebih dari 1 ribu sekian dan dapet vote hampir 700 vote. Betapa bahagianya diri gue waktu itu. Padahal itu baru satu bulan setengah di work gue.

''Alah... cuma gitu aja bisa sebahagia itu si? Dasar lebay. Dasar alay" Haha terserah buat kalian yang pernah ngebacot semacam itu ke gue.

Kalian tu ga tau aja si gimana rasanya saat hobbi lo yang sebenernya udah lama pengen lo ekspresikan tapi hanya bisa lo pendam  dan disaat lo punya kesempatan dan disambut antusias semacam itu apa lo ga bakal seemosional yang gue rasain?!

Mikir plis!!

Tapi, saat gue udah sah berumur 17 tahun, Allah membalikan keadaan.

Tepatnya setelah bulan Maret tanggal 23 banyak banget rasa kecewa yang sampai saat ini ga pernah gue ceritakan. Dan gue rasa gak akan pernah ada kesempatan untuk gue share ke siapapun. Karena gue gak mau.

Tapi jangan pernah lupa, sesungguhnya Allah itu Maha Adil.

Disamping rasa kekecewaan gue, ada seberkas cahaya yang mampu menyinari kegelapan gue di tahun itu.

Anak Mipa 4 makin kompak. Makin bisa dibanggakan solidaritasnya. Makin bisa di elu-elukan sebagai classmeet ter debes sepanjang sejarah. Karena mereka itu ibarat rumah kedua sebagai tempat gue untuk pulang disaat rumah pertama gue kena badai. Hehe

Gue bersyukur, karena masi ada cahaya yang membantu gue untuk bisa melihat dunia yang indah di masa remaja.

Sampai akhirnya, diawal perjalanan kelas XI gue takut kehilangan rasa kekeluargaan yang tulus dari mereka

Tapi,


Gue akui, sejak pertengahan kelas XI mood gue emang makin labil. Suka banget marah-marah ga jelas. Emosian. Suka panik attack. Cemas. Takut. Sensitiv. Sering merasa capek. Suka ngeluh kurang tidur, padahal emang tiap malem tidurnya jam 1 nan terus. Ya ga ngefek juga si kalo tidur cepet juga tiap di kelas lemes, ngantuk, males.


Dan karena emosi dan mood gue yang labil,

Di kelas XI pertengahan semester 2 gue harus dibuat menyesal.

Iya entah ketemplokan setan dari mana, tiba-tiba aja gue marah sama temen gue. Kejadiannya aja gue lupa, intinya Ga ada alesan yang masuk akal sebenernya sampai gue harus diem-dieman sama mereka berdua. Ehe

Jadi, masa SMA gue  ternodai karena selama satu tahun lebih gue dan kedua temen gue itu diem-dieman ga saling tegur sapa. Awkward banget tiap di kelas harus berhadapan sama mereka berdua. Padahal dulu akrab, suka ejek-ejekan, malah pernah ada pengalaman memalukan juga si sama salah satunya :v

Nyesel banget sebenernya cuma gara-gara mood gue yang waktu itu lagi ga baik dan keegoisan gue yang memuncak, jadi kayak gitu akhirnya.

Dan baru membaik pas gue mencoba untuk rendah hati meminta maaf duluan lewat pesan WhatsApp :v itupun juga karena momen lebaran  setelah lulus SMA  jadi gue minta maaf.

Terus baru deh ngesave nomer
mereka di WhatsApp :v

Antara gokil, gilaa, parah sama malu. Malu banget anjiir :v

.
.
.




Dan semua itu ga ada apa-apanya, sampai perjalanan hidup gue di uji di akhir masa gue berada di kelas 12.




Semua berawal dari sini,

saat anak kelas 12  harus mengikuti simulasi ujian untuk pertama kalinya menggunakan komputer.
Waktu itu gue inget banget, simulasi awal diadakan di bulan November.
Perasaan Takut. Cemas. Panik. Semua itu gue rasain. Pasalnya gue gak pernah suka sama perangkat yang di sebut "komputer" entahlah, gue gak pernah ngerti kenapa gue bisa secemas itu saat di suruh mengoperasikan komputer.
Kalau rasa takut gue itu muncul karena gue belum siap ikut simulasi. Dan lebih buat paniknya, dulu sempet di isukan bahwa nilai hasil simulasi ujian bakal keluar dan di bagikan ke orang tua.

Anjiir. Gue stress berat waktu itu.



Sampai akhirnya, untuk pertama kalinya gue di diagnosa vertigo.

Pesen dokter dulu cuma satu ke gue, "lepasin perlahan semua beban fikiran yang membuat gue stress"

Gue shock dong. Gue gak ngerti vertigo itu apa. Seumur-umur gue sakit mentok juga didiagnosa batuk- pilek -  demam - mimisan. Terakhir gue periksa dokter dan kaget tau hasil diagnosanya itu ya pas gue kelas 3 SD. Dulu di diagnosa Gejala Demam Berdarah. Walaupun masih "gejala" belum terserang Demam berdarahnya itupun udah membuat panik sekeluarga. Ya bayangin aja dulu DB itu adalah sebuah penyakit yang menjadi momok mengerikan bagi orang tua dan anak. Apalagi dulu waktu gue kena Gejala DB itu, gue dirumah cuma bertiga sama emak dan kakak. Waktu itu Bapak gue masih kerja di proyek bangunan di Jakarta. Dan buat nganterin berobat ke rumah sakit emak minta tolong saudara buat antar kita. Dan dulu naiknya motor Mio gonceng bertiga gitu. Gue diapit di tengah-tengah. Saat itu ngantrinya bejibun banget, sampai akhirnya pas diperiksa dokternya bilang gapapa karena masih gejala jadi bisa cepet pulih dengan mengkonsumsi jus jambu dan susu yang gak ada rasanya. And then kurang lebih seminggu gue di cekokin  jus jambu alami sampe jus jambu siap saji merk Buavita. Terus gak lupa tiap pagi dan malem gue harus minum susu yang gak ada rasanya alias hambar yaitu susu cap beruang yang kalo kita lihat di tipi ada naga yang muncul hehe padal merk nya susu beruang kan ya :v

Sejauh itu kalau ditanya sakit apa yang membuat lo lebih berhati-hati? Ya jawabannya DB.

 Dan sekarang di bilangnya gue sakit vertigo? Seriusan deh,  itu nama  merupakan istilah baru di kamus bahasa yang gue pakai sehari-hari.
Sempet takut juga sama namanya. Gue kira berbahaya banget sama kayak kanker gitu ternyata alhamdulillah enggak. Tapi jangan menyepelekan vertigo juga, karena kakak iparnya kakak ipar gue meninggal karena di diagnosa Vertigo juga. Tapi alhamdulillahnya Vertigo gue masih batas aman, sesekali kumat kalau gue gak bisa mikir santai. Ya gimana ya, kan gue bukan type anak sante yang masa bodo sama sekitar kan ya jadi ya susah buat ngontrol fikir. Kalaupun kumat ya minum obat. Obatnya si cuma satu tablet tapi harganya buseet banget dah ah :v sempet jadi bawaan wajib di dalam dompet yang kemanapun pergi harus di bawa.

Tapi gak sampai ketergantungan obat juga sih. Vertigo yang gue punya itu cuma sesekali kumat kalau emang otak gue terlalu mikir kenceng sampai-sampai udah penuh banget kapasitasnya dan pas kebetulan fisik juga lagi capek. Perut gak keisi nasi.  Auto Vertigo gue kambuh.

Tapi sekali lagi, gue bukan cewe
lemah yang perlu di kasihani. Oke!

Sekalian juga gue kasih tambahan tentang gimana si rasanya punya Vertigo?

Pertama gue tekanin lagi ya, Vertigo itu bisa menyerang siapa aja. Entah cewe maupun cowo. Dari berbagai golongan entah itu mereka yang usia dewasa, remaja maupun lansia.

Sekali Vertigo kumat itu luar biasa banget efeknya. Pertama, badan lo diajak buat berdiri lama ga bakal kuat. Rasanya kayak badan lo itu udah kayak limbung kehilangan keseimbangan. Dan pas vertigo kumat, hal yang paling bener dilakuin itu harus istirahat total, semisal duduk atau tiduran. Itu bakal buat si penderita lebih enakan. Yang kedua, lemes banget.  Dan pas lo coba buat mejamin mata terus pas lo buka mata pandangan lo bakal kabur seketika disertai kepala nyut-nyutan  dan  tiba-tiba disekitar lo kayak bergoyang hebat gitu loh.... dan lo bakal sering keluar masuk toilet karena perut rasanya gaenak banget.

Intinya, sakit Vertigo itu gak enak. Jadi pliss ya buat kalian yang baca tulisan ini, jaga kesehatan. Semua hal jangan langsung dijadiin beban fikiran.  Jangan lupa makan. Jangan jauhi nasi. Nasi itu gak bahaya kok. Kalau emang program diet, konsultasi dokter gimana enaknya sebagai pengganti nasi pas lo program badan lo juga gak kehilangan nutrisi. Dan just information aja dulu kesalahan fatal gue sampai bisa kena vertigo itu juga gara-gara 2 minggu sebelumnya gue menjauhi nasi gara-gara program diet abal-abal. Hehe nyesel gue tu. Berat badan bukannya turun malah stress gue makin naik.

Oke. Vertigo tadi itu adalah satu dari sekian problematika gue di awal banget.

Bahkan sampai gue nulis bagian inipun engga tau kenapa tiap gue jongkok lebih dari 10 menitan pas gue berdiri kepala berasa cenut-cenut terus pandangan jadi burem. Badan juga jadi limbung kalo ga pegangan. Mungkin ini efek punya sakit vertigo,

Masih mau lanjut?
.
.
.
.
Oke, maybe you know who is me. But, you don't know about my story

Singkat cerita, itu adalah segelintir kisah yang gue bagi dari hidup gue
Dan mungkin kisah ini bakal jadi kisah hidup gue yang terlalu berani untuk gue publikasikan di umum. Oke, sebenernya ini kayak hal memalukan, but gue gak boleh malu untuk mengakui apa yang pernah gue alami di masa yang lalu. Seperti kasus yang satu ini. Kalian boleh berkomentar apapun tentang hidup orang, baik itu ke gue atau orang lain silahkan. Tapi ya harus batas wajar jangan sampai omongan kalian bikin mereka down  bahkan sampai berniat nyakiti diri mereka.
Jadi, dulu di tahun 2017 an tepatnya waktu gue masih berada di kelas 11 SMA gue pernah mengalami yang namanya GDM.

GDM apaan si?

GDM itu Gangguan Depresi Mayor. Ya GDM itu  adalah turunan dari jenis-jenis Depresi.

Depresi atau Depressive Disorder itu sendiri memiliki artian sebagai gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan dan kehilangan minat dalam beraktivitas, ataupun juga merupakan Gangguan kesehatan mental yang berdampak pada penurunan kondisi emosi, fisik dan pikiran akibat sedih, hampa  ataupun ketidakberdayaan yang berkepanjangan. Kondisi ini minimal menetap selama 2 minggu berturut-turut dan akan terus berulang ketika seseorang yang menderita depresi sedang berada dalam tekanan kondisi tertentu.

Lo yang mengalami pasti   merasa lo itu manusia yang ga berdaya, mudah putus asa, terjebak dalam ruminasi, pola tidur kacau, dan selalu merasa bahwa diri lo itu adalah manusia ga berharga.

Kalau ditanya depresi itu ada berapa jenis sih?
Ada beberapa.



Salah satunya yang gue bilang tadi, Gangguan Depresi Mayor atau GDM.
kalau GDM yang spesifik menurut kedokteran itu diartikan sebagai gangguan kesehatan mental yang mengacaukan pola pikir, suasana hati serta menyebabkan kesedihan berlarut-larut.
Jadi.......




Lo pernah gila si?




No. Bukan begitu.


Oh iya, cuma mau bilang, pliss ya kawan! Kalian jangan langsung menjudge bahwa orang yang mengalami depressive disorder itu berarti dia gila. Kalian salah.


Sayang banget kalau masih banyak yang menganggap Depressive Disorder itu adalah hal tabu sehingga mindset yang salah itu akhirnya menciptakan opini semacam "gila, miring, sarap" yang pada akhirnya melahirkan stigma di masyarakat. And then, tindakan seperti itu  akan membangun prejudice tanpa dasar yang mengarah pada usaha mendiskriminasikan penderita Depressive Disorder dalam banyak hal. Yang sampai akhirnya penderita Depressive Desorder ini enggan menceritakan apa yang dia alami ke orang lain sampai akhirnya mereka tertekan dan paling vatalnya mereka mengakhiri hidup mereka karena mereka bener-bener frustasi sama keadaannya.

Oke gue paham, mungkin beberapa dari kalian yang baca ini mungkin kalian langsung "wah apaan si temen gue ini, apaan si ini orang halu yan mengada-ngada ya?" Haha engga. Ini serius. Dan depressive disorder ini pernah gue lalui sendiri.

Sendiri.

Sendirian!


Iya. Sendirian.



Dan mengalami hal sesensitiv itu sendirian adalah merupakan hal terbodoh. Iya gue bodoh waktu itu,

Apalagi gue berusaha untuk tampak baik-baik saja di depan umum.

Madefak emang,

Andaikan saat itu gue tahu lebih awal tentang jenis-jenis gangguan mental yang kemungkinan terjadi di usia remaja dan gue mau share ke orang terdekat yang baik, mungkin gue ga bakal sampai sedepresi itu sampai melukai diri sendiri.Dan ga bakal selama itu gue GDM.

Bodoh emang gue,

Kalian yang memperhatikan gue banget pasti kalian langsung bilang, "oh iya ya dia pernah gini"

Dulu saat kita masih sekelas, hal apa yang bikin kalian gak suka sama sikap gue waktu di kelas dulu?

Suka ngeluh capek kayak orang yang kehabisan energi? Dan akhirnya tiap hari  ngantuk dan hawanya pengen tidur di kelas sepanjang pelajaran?

Gue yang tiba-tiba bad mood?

Gue yang tiba-tiba diem sendirian di bangku terus melipat tangan di meja sambil merem kayak orang tidur dan seolah-olah ga mau diganggu?

Gue yang tiba-tiba diem pas lagi becanda.

Gue yang tiba-tiba judes dan galak waktu diajak ngomong?

Atau gue yang tiba-tiba menarik diri dari keramaian kelas tanpa alesan yang jelas?

Dan saat gue berada di lingkungan rumah gue gimana?

Marah-marah gak jelas saat ada omongan yang memyinggung?

Nangis tiba-tiba dan ngunci diri dikamar?


Hilang kesadaran, dan ngebentak-bentak orang rumah?

Sorry banget. Gue juga gak mau kayak gitu. But, gue ngerasa kayak dipermainkan sama emosi gue saat itu.

Dan maaf banget kalau sikap gue itu bikin kalian gak nyaman.



Dan itu semua tadi tanpa gue sadari juga dari awal , adalah gejala dari GDM yang pernah gue alami.

Dan bodohnya gue baru menyadari disaat gue kelas XII sekitar bulan Maret dan saat gue menyadari  bahwa gue punya depressive disorder ternyata gue udah beranjak di subtype nya GDM. Yaitu Atypical Depression.

Aduh apalagi sih ini?

Oke Atypical Depression ini bakal gue bahas nanti.

Pasti ada yang tanya, kok bisa si lo mengalami GDM? Apa sebabnya? Kok tau kalau lo GDM?

Jadi gini, pas gue kelas XII semester awal  gue mulai tahu tentang GDM yang gue alami itu disaat gue baca beberapa artikel yang mengangkat kisah anak remaja yang rentan bunuh diri, disitu tema yang diangkat adalah kesehatan mental remaja.  Saat membaca artikel itu gue dibuat takut sekaligus ga percaya kalau yang gue baca adalah gejala yang sama yang pernah gue alami di kelas XI waktu itu. Dan gue juga ngerasa aneh dengan diri gue sendiri,

Awalnya shock. Ga percaya gitu kalo selama tahun 2017 gue punya depressive disorder semacam itu.

Kalau ditanya kenapa kok bisa GDM?

Gue sendiri ga tahu pasti jawabannya. Menurut artikel yang gue baca dan dari penuturan seseorang yang juga mantan penderita GDM, GDM yang gue alami waktu itu disebabkan karena trauma masa lalu, rasa takut kehilangan dan di tinggalkan oleh orang-orang tertentu dan rasa khawatir yang terus menghantui.

Ya Jujur aja sih, di tahun 2017 itu pas gue kelas 11 waktu itu gue selalu dibayang-bayangi rasa takut akan kehilangan. Bisa jadi rasa takut kehilangan orang-orang tersayang, takut kehilangan momen berharga, takut kehilangan suasana nyaman di kelas yang udah gue lalui hampir 2 tahun. Dan pokoknya gue takut kehilangan apapun yang udah bikin gue nyaman. Dan gue takut di tinggalkan temen-temen yang udah bikin gue nyaman di kelas. Gue takut di tinggalkan orang-orang bahkan keluarga. Di tinggalkan yang gue takuti ini bisa jadi di tinggal pergi untuk selamanya dan di tinggalkan dalam konten mereka menjauhi gue.
Dan parahnya gue beneran udah kehilangan rasa pertemanan sama kedua temen gue yg sebelumnya  udah gue ceritain kisahnya diatas..

Dan rasa takut akan kehilangan pun semakin menjadi,

Ketakutan itu wajar kali si? Kok lebay banget sih lo?

Ini bukan lebay-lebayan ala gue atau anak labil lainnya.

Gimana ya menjelaskan tentang GDM itu ke kalian yang ga paham? Gue bingung mau jelasin kayak gimana. Intinya  kalian jangan meremehkan orang yang punya gangguan depression mayor.

Salah satu penyebab sesorang mengalami Gangguan Depresi mayor salah satu faktornya itu adalah  rasa takut akan kehilangan yang berlebih atau trauma akibat sesuatu hal yang pernah di alami. Kalo di kasus gue ini salah satu faktor karena disebabkan oleh  trauma  kejadian dalam kehidupan gue di masa lalu.

Tentang pembullyan yang gue alami sekitar 5 tahun yang lalu masih inget?

Harus inget dong, kan diawal juga udah gue singgung juga tentang masa kanak-kanak gue yang mungkin ga seberuntung kalian.

Oke, pada kenyataanya gue pernah trauma, karena gue udah  kehilangan temen-temen sepermainan gue di masa kecil. Di tambah lagi beban fikiran yang seolah menuntut gue untuk bisa melakukan hal terbaik untuk orang tua, keluarga, temen-temen kelas maupun temen terdekat. Intinya gue ga pernah mau melakukan kesalahan sedikit pun yang sampai bikin gue kehilangan lagi dan lebih parahnya gue ditinggal pergi orang-orang yang gue pertahanin.

Gue pernah cerita kan tentang masa kecil gue yang mainannya sama anak-anak cowok? Terus gue sering di belain siapa saat gue jadi kalahan mereka? Dan saat si pembela gue pergi untuk selamanya, semua keadaan berubah. Kita menjauh. Kita tanpa tegur sapa dan gue kehilangan mereka.

Itu sakit banget.

Dan itu yang gue rasain.

Bayangin aja, saat gue harus kehilangan untuk selamanya orang yang selalu ngebelain gue disaat apapun. Di selang waktu yang berdekatan untuk pertama kalinya Gue juga loss kontak sama temen-temen zona nyaman gue di rumah.

Dan, saat gue merasa terselamatkan akan rasa kesendirian karena di sekolah gue punya temen akrab yang gue pikir selalu ada untuk gue, ternyata dengan alasan yang gak gue ngerti mereka ninggalin gue gitu aja.
Gak cuma itu, mereka ninggalin gue dan mempengaruhi hampir seisi kelas untuk menyudutkan posisi gue.

Sakit gak? Haha

Dan itu semua adalah  penyebab rasa takut gue.

Gue takut melakukan kesalahan yang membuat masa remaja gue mengenaskan.

Cukup. Cukup kisah  gue mengenaskan di akhir masa sekolah dasar aja.

Dan mungkin kalian bakal bilang "heleeh apaan si lebay. Biasa aja elaah!" Heeey! Kalian gak bisa bilang kayak gitu karena kalian ga mengalami GDM atau Depressive Disorder lainnya. Ya gue harap kalian diluaran sana jangan mengalami hal yang sama yang pernah gue alami. Jujur, untuk sembuh dari gangguan mental semacam ini butuh waktu dan butuh bantuan dari psikiater. Kalaupun mau berusaha untuk sembuh sendiri ya lo harus me rilex kan fikiran dan berusaha untuk berdamai dengan masa lalu lo dan itu ga mudah dan pastinya butuh waktu yang cukup lama.

Dan kalian ga tahu rasanya. Asal kalian tahu, ini adalah rasa ketakutan berlebih yang seharusnya gak pernah gue alami di masa putih abu-abu gue waktu itu.

Jujur, sebagai  penderita gue juga ga mau loh ngalami itu semua. Itu menyiksa banget. Dan cukup membuat gue selalu berfikir gue itu ga berguna, buat apa si gue lama-lama di dunia ini.

Dan sejak saat itu gue selalu ada rasa takut akan tergantikan, takut kehilangan, takut jadi orang yang akan mengecewakan,  sampai-sampai gue takut akan dibuang gitu aja layaknya sampah persis 5 tahun yang lalu. Gue takut ditinggal mati orang-orang terdekat. Gue takut di tinggal pergi gitu aja sampai akhirnya gue bakal merasa sendiri.

Selama periode tersebut gejala depresi yang gue alami terjadi hampir sepanjang hari.

Dan saat rasa ketakutan berlebih gue muncul pola pikir dan suasana hati gue hancur gitu aja.

Gue lebih sensitif. Ada sesuatu atau perkataan yang ga enak di denger aja gue bisa langsung berubah moodnya. Perubahan mood gue saat itu ditandai dengan rasa kesal yang bener-bener pengen marah tapi ga tau harus marahin siapa. Pengen ngucap kasar tapi ga ada yang dijadiin pelampiasan. Pengen  nangis kenceng sambil teriak, tapi ga bisa. Cuma bisa diem sendirian sambil pasang earphone terus tiba-tiba air mata mrembes ke pipi dan itu rasanya kayak bisa nangis tapi ketahan. Dan saat itu cuma bener-bener bisa diem sambil ngelapin pipi.

Tau kan gimana kesiksanya orang yang mengalami depressive disorder?

Gue aja gak ngerti sama diri gue sendiri.

Yang gue pikirin ya gimana gue bisa ngalihin semua rasa sakit itu sampe gue gak perlu nangis dalam keterpurukan atau bahkan menyesali semua hal sampai gue harus menye-menye ke orang atau bahkan curhat di instastory.
Pokoknya gue mencoba menjauhi itu semua, dan akhirnya gue self harm.

Aduuh.... apalagi sih ini? Lo beneran gila ya si?

Haha pliss sekali lagi jangan judge penderita Depressive Disorder itu sebagai orang yang gila. Sekali lagi, lo gak ngerasain. Dan gue harap kalian engga pernah dan jangan sampai mengalami apa yang gue alami.

Jadi, saat gue berada di titik terendah, gue lebih suka nampar muka sendiri, jambak rambut sampai kepala gue nyut-nyutan, dan nonjok tembok kamar mandi pun juga pernah gue lakuin agar gue ngerasa gak sesakit itu. Setelah gue melukai badan gue sendiri gue bakal nyetel musik pake earphone dengan volume kenceng. Lagu yang gue puter juga bukan lagu mellow atau slow tapi genre lagu keras yang hip hop dan swag, dengan begitu gue bisa nangis dengan sendirinya meluapkan beban yang gue tahan-tahan.

Kok lo bego banget si?

Gue tekanin sekali lagi, jangan pernah menjudge orang yang melakukan self harm karena deperessive disorder yang mereka alami.

 Itu ga baik untuk mental mereka. 



Kalau ditanya, apasi yang lo dapet saat lo menyakiti diri lo sendiri kayak begitu?

Tenang. Kepuasan. Rasa sakit yang ngeganjal di dada seolah kayak lega. Seolah-olah beban masalah gue bisa teralihkan gitu lo. Gue bisa kembali rilex tanpa harus nangis-nangis yang berlebih. Ya intinya gue terpuruk hanya beberapa jam , setelahnya? Gue lega. Dan gue bisa keluar kamar dengan biasa aja seolah gue itu baik-baik aja.

Gue sadar itu salah, tapi ya mau gimana lagi? Gue ga bisa berbagi cerita ke orang lain. Gue takut dibilang halu. Gue takut saat gue cerita mereka cuma penasaran bukan karena perduli dengan yang gue alami. Ya intinya gue takut kalau gue cerita tentang yang gue alami gue bakal di tendang dan bisa aja gue dibuang gitu aja.

Gue gak mau itu terjadi.

Jadi, kalau kalian mau bilang gue bodoh, goblok atau apapun,  Silahkan,

Kadang gue iri sama mereka yang bisa nangis dengan mudahnya mengekspresika kesedihan mereka di mana aja. Karena gue tahu, dengan seperti itu mereka lega.

Tapi ini gue, gue gak suka nangis. Nangis itu kayak orang lemah!

Tapi nyatanya gue sering nangis dalam kesendirian. Terus kalau nangis itu kayak orang lemah, lalu saat gue nangis di kesendirian dan menampakkan diri di khalayak umum sebagai sosok yang kuat, gue pantesnya dibilang apa? Haha madefak!

Entahlah gue selalu sensitiv tiap berada di rumah. Gue akui gue sempet ga betah berlama-lama di dalam rumah. Karena gue ngerasa emosi gue makin menjadi tiap orang rumah marah sama gue walaupun ga ada alesan yang begitu nyata buat mereka marah sama gue. Ucapan demi ucapan yang terlontar dari mereka, ibarat peluru yang siap menyasar jantung gue. Kadang disela tangis gue selalu bilang lebih baik gue dipukul atau ada kekerasan fisik daripada gue di tekan dengan ucapan demi ucapan yang menohok.

Karena ucapan yang terlontar ga bisa di cancel atau bahkan di hapus. Sekali orang itu berucap, ga cuma otak yang merespon tapi hati juga.

Sakit. Tapi tertahan,


Tapi sayang semua udah terlanjur, kekerasan verbal yang gue terima dari orang-orang terdekat selama ini tanpa gue sadar sejak awal merusak mental gue.

Haha miris.




Sampai akhirnya gue sadar kalau ada yang salah sama diri gue di sendiri. Dulu malah sempet pas kelas XI gue ngiranya gue ini apa punya bipolar ya? Kadang suka mikir yang ekstrim gitu saking gemesnya gue sama diri sendiri. Kedengeran ngeri banget gak sih? Gue itu gak mau kayak Marshanda gitu padahal,  :v

Aslinya pas gue mengalami Gangguan itu gue lumayan sadar, tapi ga mau cari tahu lebih lanjut. Dulu sebatas menerka. Dan terkaan gue dulu, bipolar. Haha konyol emang.

Setelahnya gue merasa baikan, jadi ya saat itu ga ada alesan untuk gue cari tahu lebih jauh tentang diri gue.
 Dan mulai tertarik dengan kesehatan mental sejak gue masuk kelas XII, gue lebih giat baca artikel yang mengangkat topik semacam itu. Dulu si bacanya ya tentang bipolar, alter ego, psikopat semacam gitu terus mulai baca artikel tentang GDM  bulaj maret setelah try out dan semacamnya. Awal mula mau baca artikel itu ya saat dapet saran dari orang suruh baca artikel GDM. Awalnya ga pernah tahu GDM itu apa, waktu searching google dulu Ga keluar keyword itu. Sempet mikir gue dikerjain atau gimana si? Kok tbtb nyuruh searching begituan?


Dan setelah gue cari tau dan banyak baca artikel dan sempet konsultasi ke orang yang sama-sama pernah melalui fase itu gue agak ngerti apa yang salah di diri gue.

Tapi sayang,

Gue terlambat menyadari. Gue baru tahu tentang diri gue saat gue udah berhasil melalui fase GDM sendirian di kelas XI. Andaikan dulu gue lebih peka dan mau aktif cari tahu apa yang salah dengan diri gue sejak awal, mungkin cerita hidup gue ga bakal ternodai dengan acara self harm yang pernah gue lalui dimasa itu.


Sampai semuanya berubah lagi.


Gue udah mengalami Atypical Depression.

Atypical Depression itu merupakan subtype dari GDM. Gak parah. Gejala-gejala kedua jenis depresi ini hampir sama. Yang membedakannya ialah orang dengan depresi atipikal bisa mengalami peningkatan mood sebagai respon terhadap kondisi dan kejadian positif.

Semisal, mood bereaksi secara cepat pada hal positif. Mood bisa saja seketika membaik, begitu mengalami peristiwa positif atau hanya sekadar mendengar kabar baik.
Nafsu makan dan berat badan meningkat, padahal bukan keinginan sendiri untuk menambah berat badan.
Mengalami hipersomnia. Kondisi ini yang membuat gue terus merasa ngantuk sepanjang hari, padahal pada malam harinya, gue udah cukup tidur.
Sempet gue ngerasa bingung sama diri gue yang seolah hilang ketertarikan sama hobi yang gue suka. Dan emang semenjak gue tahu gue itu udah di Atypical Depression, ketertarikan gue terhadap bacaan dan kepenulisan seolah kayak udah ilang. Gue semakin ga mau membaca dan menulis. Seolah gue kehilangan rasa ketertarikan  yang padahal dulu membaca dan menulis adalah moodbooster terbaik bagi gue.

Dan walaupun kesannya gue terlambat menyadari semuanya tapi tetep gue bersyukur karena gue tahu kalau diri gue pernah mengalami gangguan depresi mayor dan bahkan mengalami  Atypical Depression.

Semenjak kelas XII gue mulai berhati-hati dengan emosi gue, karena gue harus Ujian Nasional.

Dan semuanya baik-baik aja sampai akhirnya gue yakin gue udah sembuh dari penyakit mental yang gue alami.

But, semua ga semudah yang gue pikir.

Setelah ujian nasional. Mental gue mulai terusik. Mental gue kembali lemah.

Kali ini bukan tentang rasa rakut akan kehilangan. Tapi ini tentang rasa takut akan mengecewakan.

Saat itu gue ga tahu gue harus bersikap bagaimana untuk melanjutkan masa depan gue setelah pengumuman kelulusan SMA. Berbagai hal gue pikirin, terutama soal orangtua. Gue tahu mereka mengharapkan yang terbaik untuk gue, begitupun yang diharapkan mereka dari gue.

Dan situasi saat itu bener-bener yang terberat dalam cerita hidup gue selama ini. Bahkan situasi itu berkelanjutan sampai gue mempublikasikan tulisan ini ke kalian.

Tapi semua seperti menemukan titik terang, gue masuk di komunitas love your self di pertengahan bulan Juni kalo ga salah. Disana kita ngobrol banyak. Saling berbagi cerita dan ga takut dihakimi tentunya. Pokoknya banyak hal yang membuat gue bertekad untuk menyudahi perbuatan-perbuatan yang akan merugikan diri gue sendiri kedepannya.

Setelah gue dapat pengajaran di komunitas ini, gue bertekad untuk tidak self harm lagi saat i got a problem dan bertekad untuk sembuh. Semoga tahun ini gue udah jadi Nissi yang baru. Yang berhasil ninggalin masa-masa tidak mengenakan di tahun yang sudah berlalu. Itu si harapan sederhana gue di akhir tahun lalu, semoga aja semua berjalan sesuai yang diharapkan. Kalaupun tidak, gue engga kecewa.

Sekedar informasi, Komunitas Love Your Self itu terinspirasi dari salah satu chapter di novel dan film hello salma karya kak erisca febriani. Dan itu beneran bermanfaat

Jadi, saat gue nonton film hello salma banyak banget pengajaran hidup yang gue dapet. Banyak banget hal yang persis pernah gue lalui dan bahkan di adegan tertentu itu juga yang ngebuat gue sesenggukan ga karuan. Alhasil di pertengahan film sampe akhir gue nangis yang bener-bener ikut meluapkan emosi di dalam batin gue yang selama ini ga bisa keluar. Thanks kak erisca udah buat cerita semenakjubkan itu. Dan gue janji air mata dan sesak di dada yang gue rasain saat gue nonton film itu adalah terakhir kalinya. Dan faktanya gue nangis waktu itu bukan karena kisah cinta Salma-Nathan tapi lebih ke kisah hidup Rebecca-Nathan-Salma yang bener-bener bikin gue jadi random banget.  Dan sejak gue keluar dari gedung bioskop saat itu, gue kayak bilang "oke gue nangis sampe segitunya cukup kali ini aja, Karena setelahnya gue bukan lagi Nissi yang memendam segala masalah. Gue bukan lagi si cewe yang memilih self harm dan menyiksa diri dengan gejolak batinnya. "

Sakit anjirr.

Sampai saat ini aja setiap gue tertekan dan gue berada di posisi yang engga gue kehendaki gue masih aja misuh ga jelas.


Inti dari cerita yang gue bagi ke kalian  tadi salah satunya, plis kita sebagai sesama manusia jangan pernah kita menjudge atau menghakimi seseorang hanya karena dia berbeda dengan kita. Jangan kita langsung menyalahkan bahkan membkdohkan orang-orang yang pernah self harm atau bahkan bunuh diri. Itu ga sepantasnya kita mencaci mereka. Bahkan sebagai manusia kita ga sepantasnya menjauhi mereka. Kalau perlu kita jadi telinga untuk mereka. Sebenernya mereka hanya butuh di dengarkan, tapi ya itu masalahnya.... acap kali kita malu untuk memulai berbagi kisah ke orang lain walaupun itu keluarga sendiri.

Saat ini aja gue bersyukur karena gue ga terlalu terobsesi melukai diri sendiri, bahkan bisa dibilang self harm yang pernah gue lakuin waktu itu ga seberapa dibanding temen-temen lain yang sama-sama mengalami depressive disorder diluaran sana. Mungkin gue jauh lebih beruntung karena gue bukan termasuk dari korban broken home atau bahkan pelecehan seksual. Banyak diluaran sana yang lebih miris dan lebih parahnya mereka memendam semua masalah mereka sendiri dan bahkan mereka bener-bener mengisolasi diri dari dunia luar. Sampai akhirnya mereka ga kuat menanggung beban mereka dan akhirnya mereka bunuh diri.

Dan lagi-lagi gue bersyukur bisa ketemu kalian, SFC itu ibarat rumah kedua gue. Walaupun gue ga pernah cerita banyak ke kalian tapi efek keceriaan kalian yang selalu memotivasi gue untuk engga melukai diri lebih jauh. Kalian itu ibarat rumah kedua gue untuk pulang.


.
.
.
.
.

Dan engga kerasa udah lebih dari 8 bulanan gue udah bergelut di dunia kerja.

Awalnya ga yakin sama kemampuan gue,

Soalnya mental gue masi lemah untuk bisa beradaptasi dengan dunia kerja.

But, percayalah dengan proses.

Kalau ditanya, kenapa langsung kerja kenapa engga nyoba kuliah?

Hahaha engga semudah itu ferguso :v

Dulu sempet berambisi bisa kuliah di universitas .... ambil jurusan ilmu komunikasi dan lulus dengan gelar S.I.Kom

Setelah lulus, gue ke Jakarta buat melaksanakan kerja di dunia broadcast yang menempati posisi kreatif di salah satu stasiun tv pimpinan pak wishnutama dan di waktu yang bersamaan gue bisa jadi jurnalis sekaligus penulis hebat yang karyanya dinikmati berbagai kalangan.

Tapi gue baru sadar ternyata tadi itu baru sebatas impian. 

Haha anjir gue ternyata masi di dunia fantasi yang sengaja plot hidup gue sendiri yang ngarang.

Mau ketawa tapi ya masa ngetawain hidup gue sendiri? Ga asik ah.

Yakin si itu impian lo? Ga terlalu muluk-muluk?

Hehe maybe iya maybe engga. Tapi engga tau deng, mumpung menghayal itu belum diranah hukumkan, so .... kenapa engga? 

Dulu dan bahkan sampai saat ini keinginan masih sama.

But, engga tahu juga si ini terlalu berharap atau emang imajinasi seorang anak yang usianya udah hampir 19 tahun :v

Kadang gue marah sama diri gue, kenapa gue terlalu berambisi dan terlalu yakin dengan apa yang gue impikan selama itu tanpa gue melihat kenyataan di kehidupan nyata gue.

Sakit banget anjing.
.

Kadang gue mikir, gue ini udah dewasa belum si? Kok tiap dulu bilang pengen kerja pabrik  sama ngekost kok engga di bolehin. Bangun tidur aja kudu di teriakin. Dimarahin aja langsung sakit hati.  Ya ampun betapa lemahnya diri gue.


Gue itu orangnya ambisius, tapi gampang nyerah di waktu yang hampir krusial :v


Rasa ketertarikan gue lebih gede dibanding kerealistisan gue terhadap hidup.


Kadang gue sedih sama gue yang kayak begini.


Entahlah gue itu terlalu kebanyakan mikir yang engga-engga tentang apa yang bakal gue hadapi. Sampai gue itu takut melangkah lebih jauh karena otak gue udah mikir yang negativ tentang hasilnya.

Sampai sejauh ini untuk masalah mewujudin apa yang menjadi passion gue, untuk tahun ini engga dulu aja. Gue itu terlalu banyak mikir yang engga seharusnya gue pikirin sebelum gue beneran berada di fase itu.


Dan itu cukup buat gue ngedown sebelum gue ada usaha biar gue bisa lanjut,
.
Untuk tahun ini bisa ngejar apa yang gue harapkan, engga dulu deh. Belum cukup dan belum bisa kayaknya.

Hidup ini terlalu berat untuk fase pendewasaan yang harus gue lalui.

Tentang dunia kerja.

Tentang kisah hidup yang harus mulai  gue ukir kisahnya sendiri tanpa kehadiran anak-anak Sfc.

Tentang drama percintaan.

Tentang apa yang menjadi rumah kedua gue untuk pulang dan beristirahat.



Jujur hati kecil gue belum bisa menerima. Tapi  angka usia gue ga bisa menolak untuk gue dewasa.




Sebenernya susah untuk gue beneran sembuh dari sakit yang gue lalui,


Kalau fase yang gue lalui seperti ini terus.

Kadang rasa keinginan untuk bangkit dan mengejar apa yang selama ini diharapakan muncul ketika diri gue termotivasi, tapi ya gitu ...

Ambisi gue terkalahkan di waktu yang krusial.

Lebih kejamnya gue ga ada usaha yang begitu nyata.


Kalau boleh berbagi,


I'am  tired.

I'am so tired.

And very very tired.




Kadang gue tanya sama diri gue sendiri, "apa lo masih inget sama mimpi lo?"

Dan gue belum dapet jawabannya.

Gue berharap gue bisa  menjawab pertanyaan gue sendiri secepatnya.



SURAT CINTA UNTUK SAINS FOUR CREW


Mipa 4 itu?

 
Terserah buat kalian mau memahami tulisan ku ini bagaimana. Ya, anggap saja ini surat cinta yang ku tulis untuk kalian. Harusnya aku menulis ini semua di selembar kertas lalu di bungkus amplop cokelat. Ah tapi kuurungkan niatku, kenapa? Karena aku tahu kertas itu hanya akan bertahan beberapa waktu saja. Dan pasti akan usang dimakan waktu, belum lagi nanti kalau aku tulis di kertas semacam surat haruskah aku menulis 39 lembar? Konyol bukan. Belum lagi  tulisanku yang akan luntur atau malah sulit dibaca . Jadi, aku memutuskan menulis ini di blog ku, karena aku tahu tulisan itu abadi. Sekalipun di tinggal pergi sang empunya tulisan. Jadi aku harap saat kita pisah kita masih bisa bernostalgia dg masa muda kita di blog ku ini. Tenang, aku tidak akan lagi mengganti alamat blog ku untuk kedua kalinya. Asal kalian pembaca jangan usil mengurusi kisah yang kutuang dalam tulisan ku yang lainnya. Ingat! Jangan usil.

Dan aku sarankan kalau mau baca ini plis dengerin lagu "sampai jumpa'' -- by: Endank Soekamti atau "Masa SMA" 
πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 Aku berdiri di depan sebuah bangunan kokoh yang pintunya terpasang sebuah papan bertuliskan X MIPA4, XI MIPA4, XII MIPA4.

 Bibirku tertarik membentuk seulas senyum. Ada angan, kenangan, kejutan, harapan dan impian yang sempat terangkai dan terbentuk di kelas ini. Tentang aku bersama ke-39 temanku, yang setiap harinya bertemu, bercanda & tertawa sekencang-kencangnya, berlarian dalam kelas tanpa jelas maksudnya, bertingkah abnormal & gila, jajan ke kantin mb Marni dan buk Les, sholat duha dan dzuhur di Mushola, pergi ke toilet hanya untuk menghindar dari pelajaran yang membosankan dan berbagi cerita tentang apapun mulai dari pertengkaran PK di kosan, tetangga yang berebut hak waris, tetangga yang bertengkar hebat karena ocehan tetangga lain pun pernah kudengar kisahnya dari mereka, para penghuni Mipa4.


 Saat kau berada di kelas itu, kurasa kau tidak akan menemukan para Ababil  yang menutup  diri dari keseruan anak-anak lainnya di pojokan kelas atau pun bermain ponsel sendirian. Ya...aku pastikan begitu untuk kalimat terakhirku tadi, karena seingatku pada masanya dulu, kami semua masih "tak bernyali" untuk melanggar aturan sekolah yang hqq. Kami semua berbaur. Pengalaman berharga pertama di masa putih abu-abu yang tidak mungkin lagi kau temukan di lain waktu. Bercanda tanpa takut tersindir, "bermain" tanpa memikirkan waktu, bertemu tanpa harus merasa bosan ataupun muak karena melihat orang-orang dengan kepribadian dan cara berfikir yang berbeda pula setiap harinya selama hampir 9 jam selama 3 tahun berturut-turut. Berkutat dengan pelajaran yang tidak kau sukai, bertemu orang-orang yang memotivasi diri maupun membangkitkan semangat.


  Satu-satunya pengingat di masa muda itu adalah suara teriakan yang menggema dari dalam kelas Mipa4 -duduk melemas di bangku ataupun mondar-mandir -sambil berteriak pr belum kelar, ga ngerti materi ulangan, males di terangin karena ga paham-paham, minta contekan woii, bodo amat.


 Di kepalaku, masih teringat jelas saat dulu kita semua di pertemukan dan disatukan di kelas Mipa4 saat kita masih belum saling mengenal satu sama lain. Dulu, di awal kita masuk kelas X Mipa4 kita harus menghafal nama maupun asal sekolah masing-masing orang. Saat sudah mulai terbiasa, lalu kita bercerita tentang masa SMP masing-masing. Kadang juga sering denger mereka yang mengatakan "tak kiro kue karo si B sak deso eg, tak kiro kue karo si B sak SMP dan blablablablaa..."  dan masih banyak lagi sebeenarnya. Oh ya...aku juga ingat dulu kita masih malu-malu dalam berteman. Untuk sekedar tertawa saja butuh di komando. Maksudku, dulu kalau tidak ada yang berucap sepatah kata pasti suasana kelas X Mipa4 akan sepi dan canggung  tapi jika ada seorang yang  berbicara agak keras semua anak langsung tertawa. Dan itu semua berakhir setelah dari kita semua sudah agak saling tahu dan kenal. Masih ingat ga sih kalian? Atau sudah lupa? Aku harap kalian masih ingat. Karena sayang sekali bukan, jika kenangan awal masa muda itu terlupakan begitu saja karena perubahan era?


 Masih terbayang juga, saat aku dan beberapa temanku mendapat hukuman dari Bu Rumanis- guru fisika. Gara-gara saat jam pelajaran beliau dimulai, aku dan beberapa teman yang lain masih bersantai diatas MMT kelas yang sengaja digelar di lapangan belakang kelas X Mipa4 dulu, dulu juga seringkali kelas kami di puji beberapa guru di kelas lain entah karena apa yg spesial dr kelas kami. Sering teringat juga sampai sekarang tentang bagaiman Bu. Asa mengajar kami di kelas. Tiap kali beliau menjelaskan materi matematika wajib maupun peminatan pasti selalu ada selingan waktu untuk Bu. Asa bernostalgia dengan masa lalunya lalu mencerikan kepada kami, dan kita pun sampai bosan mendengarnya. Tapi, bagaimanapun kisahnya tetap akan menjadi hal yang dirindukan bukan?

Oh ya, aku juga ingat. Dulu, waktu masih kelas X aku dan Yasinta hobi sekali telat lalu kena hukum pak Wahyu. Pernah juga aku dan mbah lik di hukum pak Wahyu untuk membawa daun kelor 1 plastik hitam juga karena telat. Dan seingatku selama aku sekolah 3 tahun di SMA N 1 GODONG aku sudah mengoleksi kurang lebih 35 point dan alasannya pun sama karena TELAT. Kalau ingat itu suka nyengir. Dan semenjak kelas XI & XII aku jarang telat tapi sering masuk kesiangan dan untungnya tidak sampai kena incaran pak Wahyu.

 Aku juga ingat, tiap kali Bu Rika memberi tugas kelompok prakarya, kami sekelas yang telah terbagi beberapa kelompok akan suka rela bertahan di kelas saat jam pelajaran telah usai untuk mengerjakan tugas bersama. Semua terasa begitu indah jika mengingatnya, tapi juga ada sedikit rasa sedih karena semua akan berakhir.  Bukankah ini terlalu cepat?


 Di kelas Mipa4, kami tumbuh. Belajar saling memahami satu sama lain, saling menyayangi dan menghargai.

 Di kelas Mipa4, ada ribuan suara berbaur, suara tawa yang tak tahu malu yang kadang gemanya bisa terdengar di kelas lain dan hal itu membuat guru yang terganggu mendengar itu menegur kami.
 Di kelas Mipa4, aku bisa merasakan kekompakan, kekeluargaan, kesolid-an, dan pembentukan karakter individu. Di kelas Mipa4, aku mendapat banyak pelajaran. Tentang bagaimana kita saling melengkapi kekurangan, mengingatkan jika salah satu dari kami melakukan kesalahan, berbagi jawaban, berbagi keluh kesah, berbagi makanan maupun minuman tanpa harus membalik sedotan,  selalu mendiskusikan hal apapun secara kekeluargaan, menyelesaikan masalah, mendengarkan keluh kesah mulai dr masalah keluarga, percintaan dan apapun itu.  Masih teringat jelas saat kelas XI yang lalu. Kita merangkai kenangan, di pulau Dewata. Ada rasa kurang puas yang kita rasakan karena kita kesana tidak dengan ke-40 anak. Beberapa tidak ikut. Banyak banget keseruan yang kita alami dan sedikitnya ada 7%  sedihnya pula, tapi tidak apa itu adalah bagian dari kenangan.
 Di kelas Mipa4, kami saling berbagi dan mengerti apa itu mimpi. Kemudian, seperti halnya anak kecil yang suka menghayal tanpa batas. Kita bebas berekspresi. Kita mulai bercerita tentang ekspektasi maupun imajinasi yang ingin diraih di masa depan.  Ya...itulah yang kami semua lakukan.  Semua itu mengalir dari dalam diri secara natural, berjanji satu sama lain kalau kami akan sukses karena mimpi kita yang tak terbatas.

 Ini kisah tidak melulu tentang bahagia, di kelas Mipa4 kami juga terkadang suka berselisih paham hanya karena masalah sepele. Lalu pada jam berikutnya kami sudah lupa, tertawa lagi melumer dengan suasana penuh keceriaan.


 Sama seperti yang dikatakan Kak Erisca, kenangan itu menenangkan, tetapi juga menyedihkan. Seiringnya waktu, kami semua semakin tumbuh. Kita bukan lagi Ababil yang baru merasakan buih-buih cinta atau ber alay-alay ria. Kita pun perlahan tumbuh menjadi manusia dewasa yang tampan dan cantik walau terkadang masih bertingkah laku layaknya balita.

 Intensitas "bermain" kami pun perlahan berkurang.

 Selama 3 tahun bersama kita pasti akan berada di fase yang paling berat. Seperti pepatah, dimana ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Begitu pula lirik lagu yang disampaikan Endank Soekamti,


  Datang akan pergi

  Lewat kan berlalu
  Ada kan tiada
  Bertemu akan berpisah
  Awal kan berakhir
  Terbit kan tenggelam
  Pasang akan surut
  Bertemu akan berpisah
  Sampai jumpa di lain hari
  Untuk kita bertemu lagi
  Kurelakan dirimu pergi
  Meski pun,
  Ku tak siap untuk merindu
  Ku tak siap tanpa dirimu
  Ku harap terbaik untukmu

Seperti itulah rotasi kehidupan didunia ini. Semua tidak ada yang abadi. Sama halnya saat kita semua dipertemukan di kelas yang sama, pasti juga akan berpisah. Hey... ini sudah takdir. Suka tidak suka, ikhlas tidak ikhlas, rela tidak rela kau harus menerima takdir itu. Karena sesungguhnya Allah itu memberi hambanya apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Dan bukankah kita juga harus menitih masa depan? Tidak melulu kita harus sekolah, berkutat dengan hal-hal yang berbau anak sekolah. Tidak melulu kita berinteraksi hanya dengan teman sekelas. Kita ini makhluk sosial. Tidak lupa kan?


 Baik. Akan ku ulangi lagi. Di sini, di kelas Mipa4 kami semua di pertemukan lalu dipisahkan.


Beberapa bulan lagi, kita tidak akan lagi dihadapkan dengan tugas yang berderet. Pr yang menanti untuk di mintakan contekan dr temen yang mau berbagi jawaban. Serta pengumuman ulangan yang membuat tingkat ke-setressan meningkat.


Ga ada lagi omelan dr emak bapak gara-gara ketahuan sudah jam 7 kurang 5 menit masih di depan cermin.


Ga ada lagi notif WA gc kelas yang sampai 1 ribu sekian chat, karena grup kelas bakal kehilangan riuhnya penghuni gc yang lagi nanyain tugas, pr, pengumuman, minta send pict jawaban, dan ga ada lagi obrolan unfaedah di pagi hari yg isinya rata-rata pada nulis "belom mandi lah, baru bangun tidur lah, Pr hari ini banyak banget kamprett, aku mager masa, minta tlg dibuatin surat izin lah, masih jam 6 lah, gaya gravitasi kasur lebih kuat lah, aku males mangkat lah, awas ono cegatan lah dan blablablabla..."

Suka sedih, karena berarti masing-masing kita ga bakal bisa liat lagi ketidak tenangan temen-temen Mipa4 gara-gara belum selesai nugas and then di pagi hari sebelum jam 07.15  kelas mendadak  jadi rame  krn penghuninya rata-rata sudah mondar mandir dari bangku satu ke bangku lain buat bisa nyontek jawaban tugas ataupun pr.

Suka sedih karena berarti ga ada lagi bundahara yg kzl karena secara tiba-tiba para penghuni grup kelas ngilang scr misterius gara-gara bundahara narikin uang kas, nagih uang potocopyan dan blablablaaa


Suka sedih karena berarti masing-masing dari kita,  gak bakal bisa liat temen-temen Mipa4 yg lagi nguap lebar, tiduran di atas meja, gambar rumah maupun pegunungan di buku, coret-coret kertas, mainin pulpen, main hp, nyanyi dan ngobrol saat mapel kimia dan fisika berlangsung.


Suka sedih karena berarti masing-masing dari kita,  gak bakal bisa ketawa kenceng karena ngeliat temen-temen yang lain lagi bercanda maupun mengganggu satu sama lain di kelas.


Suka sedih karena berarti di jam set. 10 an ga ada lagi yang teriak-teriak "woi kantin gak cuy? Prei gak? Sholat duha yok" .


Suka sedih karena ga ada lagi kebisingan suara temen-temen  di kelas yg ramenya masyaallah rasanya pengen ngelus dada sumpah -_-.


Suka sedih karena ga ada lagi si ketua yang suka gulung kabel maupun nyalain son, buat bisa dangdutan.


Suka sedih karena ga bisa lihat temen-temen Mipa4  yg lagi nata kursi buat dijadiim tempat tidur.


Suka sedih karena berarti kita gak bakal liat mereka yang lg gitaran, nyanyi, diem di tempat dan blablabla... di kelas.


Suka sedih karena berarti ga bakal ada lagi yg ngumpul trus ngeghibah di kelas.


Suka sedih karena berarti ga bakal lagi bisa denger Ika ataupun yang lainnya cerita tentang tetangganya ataupun masalah PK yang lagi berantem karena kurang orderan


Suka sedih karena berarti ga bakal lagi bisa denger Rahayu yang cerita ttg masalalunya dengan Damar-mantannya di kelas.


Suka sedih karena berarti ga bakal lagi denger maupun lihat Epi, Ika yang lagi ngeganggu Riski di kelas.


Suka sedih karena berarti ga bakal lagi bisa lihat maupun denger Sindu Alay ngucap "dugo.., sopo? Seng takon. "

Suka sedih karena berarti ga bakal lagi liat Adi yang suka banget bersihin muka, ngaca, maupun pakai minyak dan handbody di kelas.

Suka sedih karena berarti ga bakal lagi lihat maupun denger keseruan dan tingkah absurd anak Mipa4.


Suka sedih krn berarti kita ga bisa lagi ngomongin kelakuan lucu sebagian guru. Haha. Termasuk ngomongin model rambut cikgu yg berantakan kalo lagi neranginπŸ˜‚ maupun ngebahas pak Wid yang suka "ngujukke katok" kalo lagi nerangin.


Suka sedih krn berrti  ga bisa heboh cerita ttg ini itunya timnas di kelas.


Suka  sedih karena berarti ga ada lagi yg mau denger aku maupun Belia  yang  ngaku-ngaku pacarnya Saghara maupun mantannya Hansamu Yama.


Suka sedih karena berarti  gak bakal

bisa lagi bahas hal-hal yg ga penting, ga jelas, gila, konyol, berimajinasi bareng mereka-mereka di kelas.

Suka sedih karena berarti ga ada lagi  temen-temen Mipa4 yg teriak histeris karena keilangan pulpen dan tipe x yg baru dibeli.


Suka sedih karena berarti ga ada lagi guru bawel yg nagihin tugas.


Suka sedih karena berarti ga ada lagi ulangan harian yg menyusahkan.


Suka sedih karena berarti ga ada lagi yang berbisnis dalem kelas.


Suka sedih karena berarti ga ada lagi yang ngrengek minta reunian pindah bangku.


Suka sedih karena berarti ga bakal lagi lihat Laksono yang lagi niru gaya Young lex maupun nyanyi sepatah lirik lagunya Young Lex.


Suka sedih karena berarti ga ada lagi yang mindahin meja kursi ke tempat yg sesuai nomer undi masing-masing.


Suka sedih karena berarti udah ga bisa lagi denger temen-temen teriak manggil gue "kamed,  kemed, gendut, nici, atul, kampret." 

Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Laksono "young laks, pak wakil"

Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Andrian "raja, imuut, suneo, tuwo, uzumakii, emeshh." 

Suka sedih karena berarti udah ga bakal denger lagi Laksono teriak manggil Adi "gadis" .
Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Hana Fajar  "mbah lik" 

Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Intan  "Galoon, mbak galak"


Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Elsa "mbak eng"


Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Isna "isen, bundahara


Suka sedih karena berarti udah ga ada lagi yang teriak manggil Khusnil  "obett"


Suka sedih karena berarti  ga ada lagi yang teriak-teriak manggil Sindu  "Alay"


Suka sedih karena berarti ga ada lagi yang teriak-teriak manggil Akhed  "Mas jembeng"


Suka sedih karena berarti ga ada lagi yang teriak-teriak manggil Riski " Mas Pongki"


Suka sedih karena berarti ga ada lagi yang teriak manggil yasinta " yem, yuk Sri"


 Suka sedih karena berarti ga ada lagi yg rela lari dr depan pintu kelas hanya buat teriak "Woi ono pak wawan woii"  yang ujung-ujungnya cuma tipuan yg bertujuan menakut-nakuti kita-kita  yg lg rame di dalem kelas dan yg paling ngeselin setiap ada anak yg nyebar hoax kek gitu pasti semuanya percaya trus pada duduk anteng dan nanya "Pak wawan nek ndi re?" Dan si penebar hoax bakal bilang "kui pak wawan!" Sambil nunjuk photo pak wawan yg terpampang di MMT kelas.


Suka sedih karena berarti ga bakal bisa kezel lagi sama Isna, Belia, Rahayu, Cicha, Yasinta, Yani yg seneng banget ngatain aku gara-gara aku orangnya  doyan kentut dikelas dan ga punya rasa "ewoh ".


Suka sedih karena berarti  ga bakal bisa lagi ketawa liat temen yg lagi suntuk karena mapel yg ngebosenin trs pake acara izin mau ke WC padal ke kantin. Dan biasanya para pelakunya itu, si Akhed, Riski, Alay, Resa.


Banyak hal yg kita lalui tidak dengan cuma-cuma.


Karena terkadang, satu hal kecil dan sepele adalah sesuatu yang akan paling dirindukan jika seseorang telah merasakan yang namanya kehilangan. Dan, kehilangan itu pasti. Kita hanya bisa berusaha, berdoa dan memohon untuk bisa di bersamakan lagi. Perihal di kabulkan atau tidaknya, itu urusan Tuhan.


Di masa yang akan datang, ummm...gini aja aku ibaratin di liburan semester 5 ini,


Dirumah 1 minggu berdiam diri di rumah bakal ngrasain bermacam-macam varian.


Untuk di 2 hari nya aku yakini semua anak sekolahan khususnya, bakal nikmatin waktu bersantai dirumah tanpa hrs mikirin tugas, pr, mtk, kimia, fisika, ulangan, Pak wawan, guru galak, cogan, dan blablablablaaabla...


Di hari ke 4 sudah mulai suntuk, jenuh, mager, kzl dan pasti sering buat status "Ra sekolah ra intok sangu, kamprett"


Di hari ke 6 pasti udah ngerasa kangen suasana kelas. Aku tegesin lagi ya, Kangen suasana kelas! Bukan rutinitas di kelas.


Dan entahlah, semakin mendekati perpisahan aku malah merasakan perubahan.  Yang kurasa mereka lebih mementingkan ego masing-masing. Ya...aku tahu, saat ini memang bukan lagi waktunya kita "bermain-main ". Setelah perpisahan nanti, masing-masing dari kita akan menitih masa depan. Yang kurasa, saat ini ke-solid an tak lagi di utamakan. Ya... lagi-lagi aku tahu, ini memang bukan saatnya lagi tiap individu memikirkan kehidupan ataupun urusan orang lain, sekalipun temen sekelas. Karena aku tahu, setelah resmi berpisah kita akan berpencar memikirkan hidup individual untuk mengharumkan nama keluarga maupun mengangkat harga diri. Saat ini, kami semua benar-benar memikirkan itu. Tapi, apakah salah kalau kita tetap mengutamakan kepedulian, ke-solid an maupun kekeluargaan? Bukankah kita masih berada di dalam lingkup ruang kelas yang sama? Kita masih berada di kelas Mipa4 bukan? Kita masih saling menganggap satu sama lain seperti keluarga sendiri bukan? Ya harusnya memang seperti itu walaupun nantinya kita akan pisah. Jadi, kenapa harus menutup rasa kesal terhadap kita? Bukankah aku pernah menulis di baris awal bahwa kita menyelesaikan masalah secara keluarga. Ataukah itu hanya pada masanya dulu? Ataukah sekarang sudah tak lagi berlaku di kelas XII ini?


Kadang suka badmood kalau merasakan detail perubahan yang terjadi saat ini. Suka nangis saat keinget kita bakal pisah.


 Ya...lagi-lagi aku paham. Perubahan itu mengantarkan kita menjadi pribadi yang lebih dewasa.

"Terkadang, saat memutuskan suatu hal kita harus berlapang dada untuk memulai perubahan. Berbesar hati untuk menerima perubahan. Dan bersikap dewasa untuk menghadapi perubahan. "  

Kemarin , kamis, 20 Desember 2017 hatiku mulai terbuka kembali menerima kenyataan bahwa memang banyak perubahan yg terjadi, dan anehnya bukan hanya aku saja yang merasa. Kemarin, kelasku bersama kelas XI Ips3 harus berlapang dada menerima posisi runner up di classmeeting lomba Futsal Mardani Cup 2017. Disini, kami melihat perjuangan mereka untuk merebut gelar juara untuk ke-2 kalinya. Bukan masalah hadiah, ini masalah gengsi.

Jadi, saat kami tahu kelas kami gagal mempertahankan prestasi tahun kemarin, ada rasa kecewa, gemes, bangga, sedih dan iba melihat perjuangan mereka. Ya...aku tahu semua hal harus di perjuangkan, untuk mendapat hasil yang membanggakan. Sekalipun bukan hasil yang  memuaskan sesuai ekspektasi. Bukankah kita sebagai supporter hanya bisa memberikan kekuatan? Kami saling merangkul dan menangis memeluk satu sama lain, bahkan untuk sekedar mengucap kata "ga papa"  suara seperti terhambat. Namun, air mata sudah cukup menggambarkan.

Kurasa, ini adalah moment yang pasti akan di rindukan saat perpisahan telah tiba nanti. Ada seberkas rindu yang tak bisa di jelaskan.


 Sebuah harapan sudah di depan mata, cita-cita yang sering di ucapkan dan dibayangkan akan tergapai seiring berjalannya waktu. Kami semua semakin dewasa, dan mungkin yang akan datang.... kita semua tidak akan pernah tahu apakah " orang-orang di Mipa4 ini masih sama, ataukah sudah berubah. Semakin di rindukan, ataukah semakin di lupakan. "

 Bahkan, aku belum sempat mengucapkan terima kasih maupun maaf kepada mereka semua yang telah mewarnai masa mudaku di putih abu-abu. Mungkin ini saat nya kutuliskan disini. Ya...aku tahu kesannya aku tak punya nyali untuk mengatakan langsung. Ya..memang nyatanya begitu.

 Dan aku, Nissi entah apapum panggilan kalian untukku, aku ingin meminta maaf kepada kalian yang memang pernah menjadi korban ucapanku yg tidak senonoh ataupun ucapan maupun perbuatan yang menyinggung perasaan kalian. Aku juga minta maaf kepada kalian, yg tanpa jelas aku diamkan. Aku memang egois. Tak punya malu. Sok-sokan? Entahlah, aku tak peduli apa tanggapan kalian tentang aku. Maaf untuk tanpa kejelasan aku memarahi kalian selama berbulan-bulan. Sungguh aku menyesal, ini semua karena keegoisanku dan emosi yang sering labil. Bahkan aku yakin kalian juga tahu aku ini bagaimana bukan? Iya, aku seringkali badmood karena berbagai alasan yg mungkin tak bisa difikir secara logis. Ini menyangkut masalah hati dan perasaan. Bahkan aku juga sering gagal memahami kenapa aku sering badmood. Pokokknya aku minta maaf kepada kalian teman-teman ku di Mipa4. Tak lupa, aku ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Karena kalian, aku dengan bangga bisa mengatakan masa muda ku sangatlah di luar ekspektasi, bahkan sangat beruntung berteman dan mengenal  kalian. Terima kasih sudah mau menjadi temanku 3 tahun ini. Terima kasih sudah sudi memahami cara berfikirku. Terima kasih sudah mau mendukung hobbi ku. Terima kasih kalian telah menerima ku di tengah-tengah kalian. Terima kasih kalian sudah mengajarkanku pentingnya kebersamaan. Terima kasih  karena kalianlah yang mampu meluruhkan rasa sakit ku di masalalu krn pembullyan yang pernah kualami.  Terima kasih Sains Four Crew. Kalian istimewa. Terbaik. Dan...boleh aku bilang, kalian ini Relationship Class goal? Akan ku pastikan, kalian yang akan selalu kurindukan. Bukan yang kulupakan.


Salam hangat, 😘

 
 
 
Tertulis, 22/12/2017 Pukul 21.34 WIB



Biarkan ku bercerita,